Berdasarkan ilustasi diatas dapat difahami bahwa Antara Emosi dan Jiwa kita memiliki sifat-sifat tersendiri sehingga perpaduan antara Emosi dan Jiwa ini dalam menjalankan kehidupan menghasilakan sudut pandang yang baru bernama Pencerahan / Enlightment. Apa itu Pencerahan ? Berikut menurut beberapa manusia :

  • Selalu menjaga tubuh Anda penuh dengan cahaya dan panas. Mengisi diri dengan kekuatan kebijaksanaan dan pencerahan. – Morihei Ueshiba

  • Memahami orang lain adalah kebijaksanaan, memahami diri sendiri adalah pencerahan. – Lao-Zu

  • Inti pencerahan adalah tidak tersentuh. Tidak marah ketika dimaki, tidak sombong tatkala dipuji. Tidak melekat pada kabahagiaan dan tidak menolak kesedihan. – Gede Prama

  • Ilmu pengetahuan memiliki tiga tingkatan -opini, sains, pencerahan. Instrumen tingkatan pertama menggunakan indra; kedua menggunakan dialektika; dan ketiga menggunakan intuisi. – Plotinus

  • Lalu menurut kami Chen Clan apakah Pencerahan itu ? Pencerahan adalah hasil kesimpulan baru atas suatu keadaan atau hal baik manusia, sosial, budaya dll yang terjadi di Bumi lewat penggabungan Akal sehat, logika, realistis, hati nurani, jiwa, Rohani, nilai-nilai budaya dalam memahami bumi dan beserta cara kerjanya alam semesta ini. Lewat pencerahan lah manusia menemukan kebijaksanaan, kebenaran dan fakta atas suatu hal yang menjadi pertanyaan besar yang didalam dirinya. Contoh : Seorang manusia maju sebagai tokoh politik dipoles demikian rupa indah, suci, baik, dermawan layaknya nabi dipuja-puja pengikutnya namun anda, iya anda!! Merasa ada yang janggal terlepas informasi yang disebar oleh media dan komunitas komunitas disekitar anda, jauh di dalam lubuk hati anda anda yakin Manusia tersebut adalah Penipu berkedok topeng kemuliaan sehingga anda mulai melakukan Riset siapa Manusia tersebut dan ternyata terbalik dari apa yang dicitrakan oleh media – media dan komunitas lalu anda sadar (tercerahkan) : Mereka ini semua penipu berkedok kebaikan dan betapa mudahnya membolak balikkan kebenaran dengan Media bahkan Setan pun bisa dipuja bagai Nabi.

“Kebohongan yang diceritakan berkali-kali akan menjadi kebenaran dan yang menyebarkan kebohongan pun akan mempercayai kebohongannya” Kok Bisa? tentunya dengan cara terstruktur, sistemik, masive dan dibumbui kekuasaan serta paksaan.

  • Satu persatu kebohongan disekitar anda mulai anda sadari, satu persatu rantai yang mengikat anda lepas dan akan semakin merasakan bebas dari kekacauan batin anda karena anda menemukan kebenaran tidak lagi anda terperangkap dengan standart-standart masyarakat yang sebenarnya tidak anda setujui namun anda dipaksa untuk mengikutinya. Contoh : Jam tangan seharga Rp.500.000 menunjukkan jam dan waktu yang sama dengan jam seharga Rp.2.000.000.000 sehingga anda dipaksa merasakan lebih rendah karena mamakai jam tangan yang lebih murah bukan ? Bagaiman jika anda tidak perduli Nilai Merek ? kembali pada Nilai guna saja ? Bodo amat sama yang orang lain pakai dan miliki sebab anda sudah tercerahkan yang penting bagaimana hidup anda bahagia dan senang bukannya melayani penilaian manusia lain bukan ? Coba kita ambil contoh lainnya Handphone misal saat ini menggunakan Handphone seharga Rp.3.000.000 dan ada seorang perempuan bekerja sebagai Prostitusi dan pengedar Narkoba menggunakan Handphone seharga Rp.15.000.000 belum lagi tas tangan seharga Rp.300.000.000 WOOOWW KAN? lalu apakah anda lebih rendah dari orang tersebut ? Jawabannya tidak ada yang lebih rendah atau tinggi sebab kita tidak menilai manusia dengan benda mati yang dihargai berlebihan dibumbui BULLSHIT marketing urusan Neraka dan Sorga urusan masing-masing maka bersikaplah biasa saja, berbuat baik, bersikap baik kepada siapa saja tanpa tujuan apapun agar alam pun menjadi ramah kepada anda.

——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————

Merasa ada yang mengganjal didalam Hati anda sekarang ??? kepala anda sakit setelah membaca artikel ini ? Munkin anda mengalami Disonansi Kognitif apa itu ?? Yuk belajar lagi agar lebih faham guys :

Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory) adalah teori yang berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu. Inti dari teori ini dibentuk dari konsep Disonansi Kognitif, perasaan ketidaknyamanan yang dititikberatkan oleh sikap dan perilaku yang tidak konsisten.

Roger Brown (1965) mengatakan bahwa dasar dari teori ini mengikuti prinsip sederhana “Keadaan disonansi dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha yang mencapai konsonansi”. Disonansi adalah sebutan untuk keseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan. Selanjutnya Brown mengatakan teori ini memungkinkan 2 elemen untuk memiliki 3 hubungan yang berbeda satu sama lain. Konsonan, Disonan, atau Tidak relevan.

Asumsi dari Teori Disonansi Kognitif

Seperti yang kita tahu, Teori Disonansi Kognitif adalah penjelasan mengenai bagaimana kayakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini memfokuskan pada efek inkonsistensi yang ada di antara kognisi-kognisi. Di bawahi ini akan kami sampaikan rangkuman 4 asumsi dari teori ini :

  1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap , dan perilakunya.

Asumsi ini menekankan pada sifat dasar manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka mencari konsistensi.

  1. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis.

Asumsi ini berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. CTD merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.

  1. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.

Ketika iraní mengalami inkonsistensi psikologis, disonansi tercipta menimbulkan perasaan tidak sukan. Jadi orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi. Festinger mengatakan bahwa disonansi merupakan keadaan pendorong yang memiliki properti rangsangan.

  1. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsistensi dan usaha untuk mengurangi disonansi.

Akhirnya teori ini menjelaskan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsitensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi teori ini dibingkai oleh sifat dimana manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.

Konsep dari Proses Disonansi Kognif

Ketika teoritikus disonansi berusaha untuk melakukan prediksi seberapa banyak ketidaknyamanan atau disonansi, mereka mengakui adanya konsep tingkat disonansi. Tingkat disonansi merupakan jumlah kuantitatif dari perasaan tidak nyaman yang dirasakan. Tingkat disonansi akan menentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi disonansi.

3 faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang (Zimbardo, Ebbesen, dan Maslach; 1977) :

  1. Tingkat kepentingan (Importane)

Faktor dalam menentukan tingkat disonansi merujuk pada seberapa signifikan masalah itu.

  1. Rasio Disonansi ( Dissonance Ratio)

Faktor dalam menentukan tingkat disonansi; merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang disonan.

  1. Rasonalitas (rationale)

Merujuk pada dasar yang dikemukakan untuk menjelaskan inkonsistensi.

Mengatasi Disonansi

Banyak cara untuk meningkatkan konsistensi didasarkan pada kognisi, dan teori ini mengemukakan beberapa metode yang mungkin digunakan untuk mengurangi disonansi, antara lain :

  1. Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.

  2. Menambah keyakinan yang konsonan.

  3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.

Disonansi Kognitif dan Persepsi

Secara spesifik , CTD berkaitan dengan proses pemulihan trepan, pemulihan perhatian, pemulihan interpretasi, dan pemulihan retensi, karena teori ini memproduksi bahwa orang menghindari informasi yang meningkatkan disonansi. Proses perseptual ini merupakan dasar dari penghindaran. Untuk lebih jelas, akan dijabarkan di bawah ini :

  1. Terapan selektif: metode untuk mengurangi disonansi dengan mencari informasi yang konsonan denga keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.

  2. Perhatian selektif : metode untuk mengurangi desonansi dengan memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakian dan tindakan yang ada saat ini.

  3. Interpretatif selekif : metode untuk mengurangi desonasi dengan menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga informasi ini menjadi consistan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.

  4. Retensi selektif : metode untuk mengurangi desonansi dengan mengingat informasi yang kononan dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.

Dalam teori ini ada satu pernyataan menarik yang disebut Justifikasi Minimal, yang merupakan penawaran intensif minimum yang disyaratkan bagi seseorang untuk berubah. Fesinger berpendapat jika seseorang berkeinginan untuk memperoleh perubahan pribadi, selain persetujuan Publio, cara terbaik untuk melakukannya adalah menawarkan cukup penghargaan atau hukuman untuk memperolah persetujuan.

Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi

Banyak penelitian berkonsentrasi pada disonansi kogniif sebagi fenomena pasca pengembilan keputusan. Beberapa studi mempelajari mengenai penyesalan pembeli (a buyer’s remose), yaitu disonansi pasca pengambilan keputusan yang berhubungan dengan suatu pembelian.

Studi lain (Knox&Inkster, 1968) menyelidiki periode penyesalan setelah pengambilan sebuah keputusan dalam sebuah konteks yang berbeda.

CTD telah digunakan dalam banyak studi yang mempelajari tentang pengambilan keputusan. Studi yang dilakukan baru-baru ini mengeksplorasi mengenai proses disonansi dan pengurangan disonansi pada konteks seperti keluaraga ( Buzzanell&Turner, 2003), Komunikasi Politik ( Sillivan&Turner, 1946), dan aktivitas di ruang kelas (Sun&Scharrer, 2004). Jadi CTD terus menjadi keuatan teoritis unuk menjelaskan perilaku komunikasi.

Kegunaan

CDT dikritik karena tidak memiliki cukup kegunaan. Para kritikus berpendapat bahwa teori ini tidak menyediakan penjelasan yang menyeluruh untuk bagaimana dan kapan orang akan mencoba mengurangi disonansi. Pertaman, ada yang disebut sebagai masalah “mode ganda”. Masalah ini terjadi karena, dengan adanya siuasi yang menghasilkan sebuah disonansi, ada berbagai macam cara unuk menghasilkan lebih banyak konsonansi (seperti mengubah pikiran anda atau mulai teribat dalam terpaan, perhatian, interpretasi, atau retensi selektif). Kelemahan teori ini adalah tidak memberikan prediksi secara pasti.

Masalah prediksi ini juga muncul dalam falta bahwa teori tidak berbicara mengenai isu perbedaan individu. Orang bervariasi dalam oleransi terhadap disonansi, dan teori gagal untuk menjelaskan bagaimana faktor-faktor ini ada di dalam penjelasan.

Meskipun Teori Disonansi Kognitif memiliki keterbatasan, teori ini menawarkan pandangan baru ke dalam hubungan antara sikap, kognisi, emosi, dan perilaku, dan teori ini menyarankan suatu metode untuk mengubah sikap dan persuasi.

sumberhttp://hemajunaice.blogspot.com/2010/10/cognitive-dissonance-theory-teori.html