1. Shakyamuni Buddha and Mara Buryatia

Shakyamuni Buddha and Mara Buryatia begitulah cerita gambar ditas kira-kira ada cerita apa tentang gambar ditas ? Yuk kita baca dulu cerita penuh filosofi dibalik lukisan ini untuk mendapatkan pencerahan, ga ada maksud apa apa hanya kebetulan ceritanya cocok sama apa yang ingin kami sampaikan Peace yak emoticon-Shakehand2wkkwkkwkw……………

Di dalam perjuanganNya yang luar biasa untuk mencapai Penerangan Sempurna, Bodhisatva Siddhartha yang sedang duduk bermeditasi di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya, dengan tekad yang amat kuat, untuk tidak akan bangun dari tempat dudukNya sebelum memperoleh Penerangan Sempurna dan mencapai Nibbana, datanglah Mara.

Mara adalah mahluk halus atau penggoda, yang bermaksud menghalang-halangi Bodhisatva memperoleh Penerangan Sempurna. Mara muncul dengan disertai oleh bala tentaranya yang amat besar, bermaksud menyerang Bodhisatva Siddhartha. 

Singkat Cerita………………

Sang Bodhisatva berkata :
“Dengan melihat bala tentara pada semua sisi berbaris dengan Mara yang mengatur di atas Gajah Girimekhala. Aku maju ke depan untuk berperang, Mara tidak akan dapat mendorongKu dari posisiKu. Bala tentaramu dengan dunia beserta dewa-dewa tak terkalahkan. Dengan KebijaksanaanKu, Aku terus menghancurkan mereka, bagaikan Aku menghancurkan mangkok yang belum dibakar. Dengan mengawasi pikiranKu, dan dengan kesadaran yang kuat, Aku akan mengembara dari negara ke negara, sambil melatih banyak murid. Dengan rajin dan bersungguh-sungguh, dalam mempraktekkan AjaranKu, mereka tidak akan memperdulikanmu dan akan pergi ke tempat yang tidak ada lagi penderitaan.”

 

Gajah Girimekhala lalu berlutut di hadapan Bodhisatva dan Mara menghilang, lari tunggang langgang bersama dengan bala tentaranya. Para dewa yang menyingkir ketika Mara datang menyerang, datang kembali menghampiri Bodhisatva. Mereka semua amat bahagia dengan keberhasilan Bodhisatva Siddhartha menaklukkan Mara.

 

Bagi orang awam berdasarkan cerita ini seolah olah Buddha dan Mara adalah musuh bebuyutan bukan ? Bagai air dan minyak ? Bagai Siang dan malam ? Bagai Si Hitam dan    Si putih ? Bagai musuh bebuyutan Alami buatan alam ? 

Ternyata setelah perperangan Batin tersebut sang Buddha dan Mara menjadi Sahabat baik, LAH KOK BISA ? Nah ini uniknya cerita ini mengapa kami angkat terlepas doktrin agama kami tidak peduli yang penting nilai filosofi spritualnya saja yang kita ambil. Lanjut cerita Persahabatan Buddha dan Mara :

 

Suatu hari, Buddha sedang tinggal di dalam sebuah gua, yang sejuk suasananya. Ananda, pelayan Buddha, sedang berlatih meditasi jalan di dekat gua, berusaha untuk menahan orang-orang banyak yang selalu datang untuk untuk mengunjungi Buddha supaya Buddha tidak perlu menerima tamu sepanjang hari. Hari itu, ketika Ananda sedang berlatih, ia melihat seseorang menghampiri. Ketika orang itu semakin dekat, Ananda mengenalinya sebagai Mara (Lihat tentang arti dan apa itu Mara).

Mara telah menggoda Buddha pada malam sebelum Buddha mencapai pencerahan. Mara telah berkata kepada Buddha bahwa ia bisa menjadi seseorang dengan kekuasaan yang hebat —seorang politikus, seorang raja, seorang presiden, seorang menteri luar negri, atau seorang pebisnis sukses dengan uang dan wanita-wanita cantik— jika ia melepaskan latihan perhatian murninya. Mara telah berusaha dengan sangat gigih untukmeyakinkan Buddha, tetapi hal itu tidak berhasil.

Meskipun Ananda merasa sangat tidak nyaman dalam jangkauan Mara, Mara telah melihatnya, jadi ia tidak dapat bersembunyi. Mereka menyapa satu sama lainnya.

Mara berkata, “Saya mau bertemu Buddha”

Ketika kepala dari perusahaan tidak ingin bertemu seseorang, ia meminta sekretarisnya untuk mengatakan, “Maaf, ia sedang ada pertemuan saat ini.” Meskipun Ananda ingin mengatakan seperti itu, ia mengetahui hal itu adalah berbohong. Jadi ia memutuskan untuk mengatakan apa yang ada di batinnya kepada Mara.
“Mara, kenapa Buddha harus bertemu dengan kamu? Apa tujuannya? Apa kamu tidak ingat bagaimana kamu dikalahkan oleh Buddha di bawah pohon Bodhi? Bagaimana kamu berani untuk bertemu lagi dengannya? Apa kamu tidak memiliki malu? Kenapa ia harus bertemu denganmu? Kamu adalah musuhnya.”

Mara tidak terpengaruh semangatnya oleh kata-kata Y.A. Ananda. Ia hanya tersenyum dan mendengarkan pemuda itu. Ketika Ananda telah selesai, Mara tertawa dan menanyakan,

“Apakah gurumu benar-benar mengatakan kalau ia punya musuh?”

Hal ini membuat Ananda menjadi sangat tidak nyaman. Baginya terlihat tidak benar untuk mengatakan bahwa Buddha memiliki musuh, tetapi ia telah mengatakannya! Buddha tidak pernah mengatakan bahwa ia punya musuh.

Apabila Anda tidak berkonsentrasi dengan sangat dalam atau dengan penuh kesadaran, Anda dapat mengatakan hal-hal yang berlawanan terhadap apa yang anda ketahui dan anda latih. Ananda menjadi bingung.

Ia memasuki gua untuk memberitahukan tentang Mara, berharap bahwa gurunya akan mengatakan,

“Beritahu dia aku tidak ada di rumah!” atau, “Beritahu dia aku sedang ada pertemuan!”

Namun betapa terkejutnya Ananda, Buddha malah tersenyum dan berkata,

“Mara! Menakjubkan! Ajak ia masuk!”

Ananda menjadi bingung terhadap respon Buddha ini. Tetapi ia melaksanakan seperti yang Buddha katakan dan mengundang Mara masuk.

Dan tahukah Anda apa yang Buddha lakukan? Ia memeluk Mara!

Ananda tidak bisa mengerti hal ini. Kemudian Buddha mengundang Mara untuk duduk di tempat yang terbaik di dalam gua, dan, berbalik kepada pengikutnya terkasih seraya berkata,

“Ananda, bisakah engkau membuatkan teh untuk kami?”

Seperti yang Anda bisa tebak, Ananda tidak begitu senang terhadap hal ini. Membuat teh untuk Buddha adalah suatu hal —ia bisa melakukannya ribuan kali sehari— tetapi membuat teh untuk Mara bukanlah suatu hal yang ia ingin kerjakan. Akan tetapi karena Buddha telah meminta ia untuk melakukannya, ia tidak bisa menolaknya.

Buddha memandang Mara dengan penuh kasih; “Wahai sahabat,” sapanya,

“bagaimana kabarmu? Apakah semua baik-baik saja?”

Mara menjawab,

“Tidak, keadaannya tidak baik sama sekali, sangat buruk. Aku sangatlah lelah menjadi Mara. Aku ingin menjadi yang lain, seseorang seperti kamu. Kemanapun kamu pergi, kamu diterima, dan orang-orang membungkuk menghormatimu. Kamu punya banyak biksu dan biksuni dengan wajah menyenangkan yang mengikutimu, dan kamu diberikan persembahan pisang, jeruk, dan buah kiwi.”

“Kemanapun aku pergi,” Mara melanjutkan,

“aku harus menggunakan kepribadian seorang Mara —Aku harus berbicara dengan sikap yang menghasut dan mempertahankan sebuah pasukan Mara-Mara kecilku yang kejam. Setiap saat aku bernafas keluar, aku harus menghembuskan asap dari hidungku! Tetapi aku tidak begitu sering memikirkan hal-hal itu; yang lebih menggangguku adalah bahwa, para pengikutku, Mara-Mara kecil, telah mulai berbicara mengenai transformasi dan penyembuhan. Ketika mereka berbicara tentang pembebasan dan Kebuddhaan, aku tak tahan dengan itu. Itulah mengapa aku datang untuk mengajukan kalau-kalau kita bisa bertukar peran. Kamu bisa menjadi seorang Mara, dan aku akan menjadi seorang Buddha.”

Ketika Y.A. Ananda mendengar ini, ia ketakutan dan jantungnya serasa akan berhenti, ia berpikir:

“Bagaimana jika Buddha memutuskan untuk berganti peran? Maka aku akan menjadi pelayan Mara!”

Ananda berharap Buddha akan menolaknya.

Buddha dengan lembut memandang Mara dan tersenyum.

“Apakah menurut pikiranmu mudah untuk menjadi Buddha?” ia bertanya.

“Orang-orang selalu salah memahami aku dan memakai mulutku untuk perkataan mereka. Mereka membangun kuil-kuil dengan patung diriku yang terbuat dari tembaga, semen, emas, maupun jamrud. Sekelompok besar orang mempersembahkan aku pisang, jeruk, permen, dan benda-benda lainnya. Kadangkala aku dibawa dalam prosesi, duduk seperti seorang pemabuk di atas tumpukan bunga-bunga. Aku tidak suka jadi Buddha seperti ini. Terlalu banyak hal-hal buruk yang telah dilakukan atas-namaku. Jadi kamu bisa melihat bahwa menjadi seorang Buddha juga sangatlah sulit. Menjadi seorang guru dan membantu orang-orang berlatih bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Aku tidak berpikir kalau kamu akan sangat menikmati menjadi seorang Buddha. Merupakan suatu hal yang lebih baik jika kita berdua terus melaksanakan apa yang kita lakukan dan berusaha melakukan yang terbaik.”

Apabila Anda sedang berada di sana bersama Ananda, dan jika Anda sedang dalam keadaan penuh kesadaran, Anda akan merasakan bahwa Buddha dan Mara adalah sahabat. Mereka berjumpa satu sama lainnya seperti siang dan malam, seperti bunga dan sampah hadir bersama-sama. Ini adalah ajaran yang sangat dalam dari Buddha.

 

Nah pesan moral cerita ini tentu kurang lebih anda faham kan ? Dan kami juga mendapatkan Pencerahan dari cerita tersebut dalam meditasi kami sebagai berikut :

  1. Jika diibaratkan dalam cerita tersebut Buddha adalah manusia yang sedang berupaya membahagiakan diri, mencari kedamaian, melepaskan diri dari segala macam penderitaan akibat pikiran dan mencari pencerahan atas masalah masalah manusia, sebab masalah manusia adalah berwal dari kegagalan memahami makna kehidupan bukan ? Ketika kita lahir kita sudah dipaksakan standart-standart sosial kehidupan masyarakat modern dan ketika kita tidak berhasil mencapai standart kebahagiaan modern maka kita dianggap gagal bukan ? Apakah benar kita yang gagal ? atau standart kebahagiaan zaman modern yang gagal ? Akah kita Bahagian karena semata mata memiliki ? Jika iya kenapa orang kaya banyak yang bunuh diri dan mencari Guru Spritual karena berkata “Aku tidak bahagia Guru tolong tunjukkan jalannya Bukan ? 

  2. Jika diibaratkan Maraa dalam cerita tersebut adalah manusia juga maka tentunya  Makhluk Gaib pun yang memang takdirnya menjadi suatu Simbol Kejahatan merasakan Stress dan Depresi bukan ? Bukankah kita manusia juga sama ? Meski ada kebahagian tersendiri dari Harta, sex, kekuasaan, kekuatan yang luar biasa dan lain lain apakah kita bahagia ? Manusia menggaungkan Perdamaian Di Bumi bukan ? padahal Bumi tanpa manusia tetap akan menjadi Bumi dan bebas dari limbah dan perusakan alam lainnya oleh manusia bukan ? Jadi gerakan Bumi damai itu adalah Bumi yang tidak damai ? Atau Bumi terdapat banyak Manusia yang tidak memiliki kedamaian Jiwa sehingga menyebarkan ketidak damaiannya kepada manusia lain ? Mana yang perlu didamaikan Bumi atau Manusianya ? Silakan berpikir.

  3. Manusia awam adalah seutuhnya Buddha dan seutuhnya Mara bukan ? Manusia memiliki nilai-nilai filosofi cita kasih dan kebaikan dari sag Buddha dan kita juga memiliki sifat-sifat Mara dalam diri kita untuk mempertahankan kehidupan kita sendiri. Inilah keseimbangan alam yang tidak mungkin digoyahkan masing-masing baik hitam dan putih memiliki sifat saling menyeimbangi diri saling mengingatkan dan dua duanya baik hitam maupun putih ada gunanya tidak bisa dihilangkan ataupun dipisahkan. Artinya bersahabatlah dengan gelepan tergelap dari diri anda terimalah dia sebagai diri anda dan jangan membencinya maka kegelapan hati anda akan menjadi ramah kepada anda dan tidak akan menyiksa anda. Begitu juga Terang putih hati anda harus lah terang alami bersumber dari diri anda sendiri bukan dari orang lain saja sebab terangnya batin adalah kesadaran sejati saat batin kita menemukan kedamaian dalam jiwa kita. Jika kita ingin menjadi terang agar terlihat terang saja makan anda akan redup saat tidak dilihat manusia lainnya dan anda kembali bergumul dengan siksaan sang marah yang anda benci bukan ?  cintailah musuh-musuhmu, dan doakanlah orang-orang yang menganiaya kalian bukankah begitu pernah diucapkan seorang Manusia Suci ? Bagaimana ternyata hal ini juga berlaku bagi diri kita sendiri ? Agar kita mencintai musuh utama kita diri kita sendiri yang menganiaya diri kita sendiri dengan pikiran-pikiran kita?
  4. Melalui perenungan ini lah Praktisi kami mandapatkan pencerahan Zen kecil atas kehidupan seketilah itulah dia mendapatkan kedamaian dalam jiwanya. Bagaimana ceritanya ? Maksunya apa? Baiklah akan kami ceritakan : 

Alkisah praktisi kami tidak sengaja menemukan artikel diatas pada tanggal 01  May 2019 yang setelah dibaca bagi dirinya biasa biasa saja dan dalam hatinya “Ah ini mah sama kayak yin dan yang bla bla bla….. (kondisi belum tercerahkan)” lalu berselanglah beberapa hari pada tanggal 08 Mei 209 tepatnya pukul 23.12 praktisi kami bermeditasi lalu dihampir oleh Sesosok makhluk suci yang dikenal sebagai Dewa Perang datang untuk membimbingnya dalam meditasi pada saat itu. Apa yang terjadi ? Sungguh tak masuk di akal Praktisi kami kepalanya dikeplak sangat keras dan tentunya sangat sakit lalu terdengar suara Dewa Kwankong berkata “Dasar tolol ga ada otak !! masih tidak faham padahal alam sedang membimbing mu!!” sontak kaget untuk tidak sakit jantung emoticon-GoyangWKwkwkwkwk…………… Masih dalam kondisi mata tertutup meditasi praktisi kami meraga sukma ditarik melihat suatu pemandangan seperti lukisan diatas yang tentunya kagum bercampur takut melihat kejadian tersebut. Setelah selesai praktisi kami dikembalikan ke badannya dan selang 10 menit senyap masih bingung apa maksudnya ? Mendakak masuk dan muncul pencerahan dari Higher Self kepada dirinya kira- kira begini inti dari pencerahan tersebut : 

  1.  Saat aku berdoa selalu ku minta izin dan dukungan dari alam semesta dalam pekerjaanku dengan harapan apa yang kulakukan tidak melawan alam dan ternyata aku baru sadar Aku MUNAFIK!! Tolol!! BODOHH!! Pantas dimaki oleh para Roh roh suci yang membantuku selama ini bahwa ternyata “Kegelapan” adalah bagian dari alam semesta juga!! Betapa MUNAFIK diri ku membenci kegelapan dengan konsep makhluk suci saja yang bagian dari alam semesta dan selama ini gelap dan terang membantu ku dalam pekerjaaku agar harmonis tidak melawan kehendak alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan yang maha esa betapa BODOHNYA AKU!! emoticon-Tepar Aku harus meminta maaf kepada seluruh muridku karena pandanganku selama ini salah dan menyesatkan emoticon-Nyepi aku mengajak manusia untuk membenci kegelapan dan sehina hinanya kegalapan dengan niat mensucikan diri dengan cara yang keliru.
  2. Lalu berlanjut pencerahan didapatkan olehnya dan dia mulai menerima kegelapan didalam dirinya sendiri tanpa menghakimi, tanpa membenci, tanpa merendahkan, tanpa memisahkan dirinya dari sifat sifat kegelapan dirinya sendiri yang selama ini dipenjara dan dibenci oleh dirinya karena pemahan yang keliru selama ini. Seketika itu dia memperoleh kedamaian setelah melepaskan dirinya sendiri dari penjara batin standart ganda yang dia miliki dan dia mulai mengakui eksistensi serta kebaikan dari sisi gelapnya terebut dia bersahabat dengan kegelapan batinnya maka kegelapan batinnya berhenti menyiksa dirinya sendiri. Menerima dan bersahabat dengan diri kita sendiri adalah akhir dari kekacauan pikiran dan ketakuan didalam diri kita.
  3. Apakah sampai disana ? Tidak pencerahan pun berlanjut lagi praktisi kami mendapatkan pencerahan untuk memandang dengan benar dan diapun memandang Makhluk-makhluk gaib berwujud rupa jelek dan jahatnya minta ampun seperti mara dengan pandangan baru lalu dia berkata dalam hati nya “Kepada makhluk yang terlihat maupun yang tidak terlihat aku minta maaf atas kejahatan diri ku selama ini kepada kalian betapa keji dan munafiknya diri ku selama ini memandang kalian dengan penuh kebencian ? Merendahkan ? Menghakimi ? Bukankah tanpa kalian kami manusia tidak akan akan belajar untuk mensucikan hati, pikiran, ucapan dan pikiran kami ? Salah apa kalian kepada diri ku? Kalian hanya menjalankan apa yang sudah sedemikian diciptakan oleh Tuhan terhadap kalian ? Kalian adalah bagian dari begaiman alam semesta ini bekerja bukan ? Seketika itu juga setelah meminta maaf tumbuh lah kedamaian dalam jiwa praktisi kami sebab dia berhenti memusuhi setan-setan, jin, setan, iblis dan makhluk gaib negatif lainnya sebab mereka faham dia telah berhenti membenci mereka seperti Buddha bersahabat dengan Mara. Setelah kesadaran ini tercapai sama sekali tidak ada gangguan ataupun rasa takut akan makhluk halus dalam meditasinya sebab dia tidak memancarkan kebencian kepada. Tapi bagi setan, iblis, jin dan makhluk halus lainnya yang memang mengganggu karena berupa “SANTET” tetap dihabisi sebab prinsipnya siapa senggol gue bacok emoticon-GoyangWkwkwkwkw……… Tersadarkan bukan berrati juga menjadi dungu dan tidak mempertahankan diri lho yah emoticon-Goyangwkwkwkwkwk……………………… Yang penting bagi yang tidak mengganggu aku tidak memusuhi kalian dan aku tidak akan pukul rata sama semua emoticon-Nyepi.
  4. Jadilah diri anda sendiri, sadari kemampuan diri anda sendiri, temukan pencerahan anda sendiri, ikutlah kemana intuisi anda membawa diri anda dalam kehidupan anda. Dengan artikel ini kami tidak ada niat mengubah anda ataupun mengubah sudut pandang ada dan tidak berharap juga anda percaya atau setuju. Kami hanya ingin menyampaikan bahwa kedamaian akan tercapai apabila kita berhenti membenci dan memusuhi diri kita sendiri, menerima diri kita apa adanya, berdamai juga dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya baik itu terlihat maupun tidak terlihat selama kita tidak memulai permusuhan tersebut emoticon-Goyangkami tidak mengajak anda untuk menjadi MARTIR MORAL karena kita berusaha bertahan hidup dan mau hidup damai saja ya ga ? emoticon-GoyangWkwkwkwkw…..